Membaca Ekstensif
Membaca
Ekstensif
Membaca ekstensif merupakan teknik membaca secara luas. Objek membaca
ekstensif adalah beberapa bacaan atau teks dalam waktu sesingkat mungkin.
Membaca ekstensif juga disebut sebagai teknik membaca cepat. Membaca ekstensif
bertujuan untuk menemukan atau mengetahui secara cepat masalah utama dari teks
bacaan. Membaca ekstensif juga digunakan untuk menemukan persamaan bacaan, ide
pokok paragraf, fakta, dan pendapat dalam bacaan.
Ide pokok paragraf merupakan dasar pemikiran yang mendasari terbentuknya
paragraf tersebut. Ide pokok dapat disebut pikiran pokok. Ide pokok setiap
paragraf dapat Anda temukan dalam kalimat utama. Kalimat utama ada yang
terletak di awal (deduktif), di akhir (induktif), di awal dan di akhir
(campuran), atau seluruh paragraf.
Langkah-langkah
dalam membaca ekstensif:
1.
Mengumpulkan bahan bacaan sejenis dari berbagai sumber, baik media massa
tertulis atau elektronik
2.
Membaca satu demi satu setiap artikel atau berita yang dikumpulkan
3.
Karena tujuan membaca ekstensif adalah menentukan pokok-pokok pikiran
bacaan, membaca dilakukan dengan cara skimming, tidak perlu membaca keseluruhan
bacaan
4.
Mencatat hal-hal pokok bacaan sambil membaca
Fakta
dan Pendapat
Selain ide pokok, Anda juga dapat menemukan fakta dan pendapat dalam
suatu bacaan. Fakta adalah hal, seperti keadaan atau peristiwa, yang merupakan
kenyataan atau sesuatu yang benar-benar ada atau terjadi. Pendapat adalah
pikiran, anggapan, atau buah pikiran seseorang atau kelompok. Jadi, fakta adalah hal (keadaan, peristiwa) yang merupakan
kenyataan atau sesuatu yang benar-benar ada atau terjadi. Sedangkan pendapat adalah buah pemikiran
atau perkiraan tentang suatu hal. Pendapat yang dikeluarkan selalu bergantung pada sudut
pandang dan latar belakang yang
dimiliki.
Perbedaan fakta dan pendapat
sebagai berikut.
|
Fakta
|
Pendapat
|
Pembeda
Bentuk
Sifat
|
Hal (keadaan atau
peristiwa) yang merupakan kenyataan; sesuatu yang benar-benar ada atau
terjadi.
Gambar, foto, data
statisti, table peristiwa, dan grafik.
Menunjukkan
|
Pikiran, anggapan, buah pemikiran, atau perkiraan.
Berupa saran, kritik,
harapan, dan nasihat.
Mengharapkan
|
PERTANYAAN TES
1.
Jelaskan pengertian
pendapat dan membaca ekstensif?
2.
Jelaskan
langkah-langkah dalam membaca ekstensif?
3.
Apa
isi pokok dari kedua artikel di bawah
ini?
Artikel 1
Bahasa
Indonesia Menjadi Bahasa Peradaban Dunia?
Bahasa merupakan media untuk menyampaikan pesan atau
informasi dari satu individu kepada individu lain atau lebih. baik itu secara
lisan maupun tulisan. Pernyataan tersebut sangat benar dan sudah menjadi
aksioma. Satu orang pun tidak ada yang akan membantah dengan pernyataan
tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari hampir semua aktifitas kita menggunakan
bahasa, baik menggunakan bahasa lisan, bahasa tulisan maupun bahasa tubuh.
Bahkan saat tidur pun terkadang kita tanpa sadar menggunakan bahasa.
Sebuah bangsa pasti memiliki bahasa, walaupun ada
beberapa bangsa yang meminjam bahasa dari bangsa lain. Kita sebagai masyarakat
bangsa Indonesia sangat beruntung memiliki bahasa Indonesia, walaupun sebenarnya
bahasa Indonesia berakar dari bahasa Melayu Riau. Akan tetapi, sekarang bahasa
Indonesia adalah bahasa Indonesia, dan bahasa Melayu adalah bahasa Melayu, dua
bahasa yang serumpun tapi tidak sama. Bahasa Indonesia berkembang dengan
sendirnya sesuai dengan aturannya, dan bahasa Melayu berdiri sendiri menuju
perkembangannya. Setujukah Anda bila bahasa Indonesia bukan bahasa Melayu?
Kita sebagai pemilik bahasa Indonesia bukanlah bermaksud
atau bersikap seperti “kacang yang lupa akan kulitnya”, melupakan bahasa Melayu
sebagai cikal bakal bahasa Indonesia. Mungkin tanpa bahasa Melayu, bahasa
Indonesia tidak akan pernah ada. Akan tetapi, kita ingin memposisikan bahasa
Indonesia pada posisinya, seperti yang telah termaktub dalam Sumpah Pemuda.
Sumpah Pemuda mengikrarkan tiga hal yang sakral dalam sejarah dan proses
kemerdekaan Indonesia, satu diantaranya adalah “Menjunjung tinggi bahasa
persatuan, bahasa Indonesia. Menjunjung berarti menurut, menaati dan
memuliakan (KBBI). Menjunjung tinggi bahasa Indoensia, berarti menaati dan
memuliakan bahasa Indonesia sebagai bahasa peratuan dan nasional Indonesia.
Demikianlah sumpah yang diikrarkan oleh pemuda-pemudi bangsa Indonesia pada
tahun 1928. Bagaimana dengan pemuda-pemudi Indonesia sekarang?
Melihat kondisi pemakai
bahasa Indonesia sekarang, sepertinya cape deh harus menggunakan bahasa
Indonesia yang berkelit dan selalu berpedoman kepada yang baik dan benar.
“Yang penting apa yang ingin kita sampaikan orang
mengerti dan paham, mau pake bahasa campur aduk kek, saya mau pake
bahasa Indonesia campur bahasa Inggris kek,campur lagi dengan bahasa daerah
kek, toh yang baca juga paham. Cape deh, please dong jangan diperbesar
masalah-masalah kecil kayaki gini”.
Benar dan pantaskah
bila kita sebagai pemilik bahasa Indonesia berasumsi demikian? Masyarakat
Indonesia pada umumnya dwibahasawan. Akan tetapi, bukan berarti kita bisa
seenaknya mencampuradukkan bahasa Indonesia dengan bahasa lain tanpa
mengindahkan aturan dan kaidah yang ada. Bersikap positiflah terhadap bahasa Indonesia,
karena bahasa yang kita gunakan menunjukkan kepribadian kita sebagai bangsa
Indonesia. Jepang dan Prancis adalah contoh negara yang sangat taat dan
menghargai bahasanya sendiri.
Pernahkah kita berpikir bahasa Indonesia esok akan
menjadi bahasa peradaban dunia?
Bukan hal yang
mustahil bahasa Indonesia esok akan menjadi bahasa perdaban dunia, bahasa yang
digunakan sebagai bahasa internasional. Dilihat dari struktur dan pembacaan
bahasa Indonesia yang sangat sederhana, bahasa Indonesia merupakan bahasa yang
tidak sulit untuk dipelajari. Suatu bukti yang meyakinkan bila esok bahasa
Indonesia akan menjadi bahasa peradaban dunia, lebih dari 50 negara di Dunia
telah mempelajari dan menjadikan bahasa Indonesia sebagai satu diantara mata
pelajaran di sekolah mereka. Kita sebagai pemilik bahasa Indonesia harus
banggga karena bahasa kita dipelajari bangsa lain. Mengapa kita harus belajar
bahasa asing, bila bahasa kita kelak mampu menjadi bahasa Internasional dan
bahasa peradaban dunia?
Jawaban dari
pertanyaan tersebut ada pada diri kita sebagai pemilik dan pengguna bahasa
Indonesia. Kita harus konsisten dan bersikap positif terhadap bahasa Indonesia.
Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar sebenarnya tidak sulit, yang
membuat sulit karena kita telah terbiasa dengan kesalahan yang ada dan selalu cape’
untuk mempelajarinya dengan segala kerendahan hati. Kita selalu beranggapan,
“untuk apa mempelajari bahasa Indonesia, bukankah kita orang Indonesia yang
secara otomatis mengerti menggunakan bahasa Indonesia”. Bilamana pendapat ini
terus berkembang, pupus sudah harapan kita menjadikan bahasa Indonesia sebagai
bahasa perdaban dunia.
Hidup bahasa Indonesia!
Artikel
2
Pemerintah Indonesia bersama-sama dengan pemerintah
Malaysia dan Brunei Darussalam telah sepakat untuk mengutamakan penggunaan
bahasa kebangsaan sesuai dengan kedudukan dan fungsinya. Pemakaian bahasa
Indonesia dan bahasa Melayu secara tertib dan sikap positif penuturnya akan
menjadi titik pijak yang baik untuk mengembangkan pemakaian Bahasa Indonesia
dan Bahasa Melayu di mancanegara. Oleh karena itu, peningkatan mutu penggunaan
bahasa Indonesia/bahasa Melayu perlu digalakkan di berbagai lapisan masyarakat.
Hal tersebut disampaikan Menteri Pendidikan Nasional
(Mendiknas) Bambang Sudibyo pada pembukaan Sidang dan Seminar Bahasa dan Sastra
MABBIM-MASTERA di Hotel Borobudur, Jakarta, Senin (7/04/2008). "Utamakan
peradaban bangsa serumpun agar bahasa Indonesia dan bahasa Melayu tidak
tercerabut dari akarnya," kata Mendiknas.
Mendiknas menyampaikan, sebagaimana dinyatakan dalam Declaration on the Rights of Persons
belonging to National, Ethnic, Religius, and Linguistics Minorities (1992) tentang
hak-hak sipil mengisyaratkan bahwa negara mempunyai kewajiban untuk
memperhatikan bahasa minoritas sebagai ciri etnis atau budaya penutur bahasa
itu. " Dalam hal bahasa, di Indonesia bahasa minoritas adalah bahasa
daerah walaupun ada bahasa daerah yang mempunyai penutur banyak."
Menurut Mendiknas, penggalian kekayaan bahasa daerah
diperlukan untuk mengimbangi pengaruh besar bahasa asing dalam pengembangan
kosakata atau istilah Bahasa Indonesia dan Bahasa Melayu. "Mabbim telah
berhasil mengembangkan mutu daya ungkap melalui penciptaan istilah baru dalam
Bahasa Indonesia/Bahasa Melayu, sehingga konsep-konsep bidang ilmu dan
teknologi serta seni dapat diwadahi," ujarnya.
Selanjutnya, kata Mendiknas, Mabbim (Majelis Bahasa
Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia) perlu merancang secara baik bagaimana
menghadirkan istilah-istilah itu dalam pemakaian bahasa masyarakat, terutama di
kalangan pendidikan tinggi dan calon cendekiawan. "Saya mengajak pimpinan
perguruan tinggi untuk memasyarakatkan istilah Mabbim," kata Mendiknas.
Lebih lanjut Mendiknas mengungkapkan, saat ini terjadi
interaksi yang sangat intensif antar peradaban, baik antar etnis, negara, dan
mancanegara. Mendiknas menduga, hal ini berpotensi timbulnya osmose budaya.
"Budaya yang lebih kental sangat berpotensi untuk mewarnai budaya yang
lebih encer. Itu bisa terjadi antara budaya asing terhadap peradaban Indonesia
dan juga interaksi antara budaya Indonesia dengan budaya daerah."
Demikian juga dengan kosakata bahasa asing yang memiliki
kekentalaan budaya yang lebih tinggi daripada budaya Indonesia akan
menginfiltrasi kosakata Bahasa Indonesia. Dalam kaitan ini, kata Mendiknas,
perlu disiplin pengembangan kosakata yang berasal dari infiltrasi budaya.
"Agar identitas dari budaya Indonesia, budaya kebangsaaan, dan identitas
budaya daerah itu bisa tetap kita jaga dan sekaligus tetap menjadi
identitas-identitas budaya yang relevan dan eksis di dalam masyarakat,"
ujarnya.***
Mendiknas menambahkan, sumber utama dari dibutuhkannya
kosakata-kosakata baru dalam bahasa Indonesia maupun Bahasa Melayu adalah
perkembangan teknologi yang sangat cepat. Menurut dia, ada tiga bidang
teknologi yang akhir-akhir ini begitu marak perkembangannya dalam kehidupan
sosial, ekonomi, dan politik yaitu teknologi informasi dan komunikasi,
bioteknologi, dan nanoteknologi.
Lebih lanjut
Mendiknas mengatakan, tiga cabang teknologi ini telah berhasil menemukan
realitas-realitas baru dalam kehidupan yang sebelumnya tidak ada kosakata yang
mengungkapkan realitas itu. "Budaya yang dinamis yang hidup itu selalu
berpotensi untuk menemukan realitas baru. Untuk itu diperlukan kosakata baru
dalam Bahasa Indonesia maupun dalam Bahasa Melayu," ujarnya.***
Sumber: Pers Depdiknas
Sumber: Pers Depdiknas
KUNCI JAWABAN
1.
Opini adalah buah pemikiran atau perkiraan tentang
suatu hal. Pendapat yang dikeluarkan selalu
bergantung pada sudut pandang dan latar
belakanng yang dimiliki.
Membaca ektensif merupakan membaca secara luas. Maka kita harus membaca
sebanyak-banyaknya teks bacaan yang bertema sama dalam waktu yang singkat.
Tujuannya untuk memahami pokok-pokok pikiran bacaan dengan cepat dan tepat.
2.
Langkah-langkah dalam membaca ekstensif:
1.
Mengumpulkan bahan bacaan sejenis dari berbagaisumber, baik media massa
tertulis atau elektronik
2.
Membaca satu demi satu setiap artikel atau berita yang dikumpulkan
3.
Karena tujuan membaca ekstensif adalah menentukan pokok-pokok pikiran
bacaan, membaca dilakukan dengan cara skimming, tidak perlu membaca keseluruhan
bacaan
4.
Mencatat hal-hal pokok bacaan sambil membaca
3. Isi pokok kedua artikel di
atas.
Artikel 1.
Sebuah bangsa pasti memiliki bahasa, walaupun ada
beberapa bangsa yang meminjam bahasa dari bangsa lain. Kita sebagai masyarakat
bangsa Indonesia sangat beruntung memiliki bahasa Indonesia, walaupun
sebenarnya bahasa Indonesia berakar dari bahasa Melayu Riau. Akan tetapi,
sekarang bahasa Indonesia adalah bahasa Indonesia, dan bahasa Melayu adalah
bahasa Melayu, dua bahasa yang serumpun tapi tidak sama. Bahasa Indonesia
berkembang dengan sendirnya sesuai dengan aturannya, dan bahasa Melayu berdiri
sendiri menuju perkembangannya. Setujukah Anda bila bahasa Indonesia bukan
bahasa Melayu?
Artikel 2.
Pemakaian bahasa Indonesia dan bahasa Melayu secara
tertib dan sikap positif penuturnya akan menjadi titik pijak yang baik untuk
mengembangkan pemakaian Bahasa Indonesia dan Bahasa Melayu di mancanegara. Oleh
karena itu, peningkatan mutu penggunaan bahasa Indonesia/ bahasa
Melayu perlu digalakkan di berbagai lapisan masyarakat.
Menurut Mendiknas, penggalian kekayaan bahasa daerah diperlukan untuk
mengimbangi pengaruh besar bahasa asing dalam pengembangan kosakata atau
istilah Bahasa Indonesia dan Bahasa Melayu. "Mabbim telah berhasil
mengembangkan mutu daya ungkap melalui penciptaan istilah baru dalam Bahasa
Indonesia/Bahasa Melayu, sehingga konsep-konsepnya.
Daftar Bacaan
·
Buku PR Bahasa Indonesia X Semester 1, Intan Pariwara
·
Buku PG Bahasa Indonesia X Semester 1, Intan Pariwara
·
Ramadansyah. 2010. Paham
dan Terampil Berbahasa dan Bersastra Indonesia. Padang: Dian Aksara Press.
·
Suryanto,Alex dan Agus Haryanto. 2007. Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia
untuk SMA kelas X. Jakarta: Esis
Komentar
Posting Komentar